Alkisah terdapat seorang pemuda tanggung berusia belasan tahun, bernama UDIN.. Udin sangat menyukai seorang gadis, LELA, yang merupakan anak dari seorang kyai ternama di lingkungan masyarakatnya. Kyai yang biasa dipanggil PAK HAJI itu mengajar di banyak pengajian, di antaranya pengajian ibu-ibu, pengajian bapak-bapak, juga pengajian untuk para pemuda-pemudi.
Udin yang sangat menyukai Lela, akhirnya memutuskan untuk mengikuti pengajian yang dipimpin oleh Pak Haji itu, karena Lela aktif di situ. Semakin lama Udin semakin rajin dan cepat menangkap apa yang diajari oleh Pak Haji, akhirnya Udin tumbuh menjadi pemuda yang pandai mengaji.
Suatu hari, Udin tidak tahan untuk menunjukkan rasa sukanya pada Lela, tapi dia tau, Lela tidak akan mau menerima cintanya, karena Lela gadis yang SANGAT PATUH dan TAAT pada orang tuanya..
Udin yang sangat menyukai Lela, akhirnya memutuskan untuk mengikuti pengajian yang dipimpin oleh Pak Haji itu, karena Lela aktif di situ. Semakin lama Udin semakin rajin dan cepat menangkap apa yang diajari oleh Pak Haji, akhirnya Udin tumbuh menjadi pemuda yang pandai mengaji.
Suatu hari, Udin tidak tahan untuk menunjukkan rasa sukanya pada Lela, tapi dia tau, Lela tidak akan mau menerima cintanya, karena Lela gadis yang SANGAT PATUH dan TAAT pada orang tuanya..
Setelah berfikir lama, akhirnya Udin memutuskan satu cara..
Saat itu Pak Haji sedang menunaikan shalat sunnah di Mushalla samping rumahnya selepas pengajian. Semua murid sudah pulang, tinggal Udin seorang. Ketika Pak Haji sedang dzikir, Udin menyembunyikan sandal Pak Haji di bawah pohon samping Mushalla. Saat Pak Haji hendak pulang, beliau mencari sandalnya. Ketika dilihatnya si Udin, Pak Haji bertanya :
Pak Haji : "Din, lu liat sendal gua kaga?"
Udin : "Sendal yang mana Pak Aji??"
Pak Haji : "Sendal yang biasa gua pake.. yang kulit.."
Udin : "Oh, yang itu, perasaan tadi dibawa pulang dah ama si Lela."
Pak Haji : "Kok di bawa pulang? Ambilin dah Din, tolong. Masa iya gua pulang kaga pake sendal."
Udin : "Iya, Pak Aji, bentar ya"
Berangkatlah Udin ke rumah Pak Haji yang notabene di samping Mushalla itu. Sampai di depan, udin mengetuk pintu rumah Pak Haji, dan ternyata Lela yang membuka pintu rumahnya.
Udin : "Assalamu'alaikum, La"
Lela : "Wa'alaikumussalam. Ada apa bang?"
Udin : "Gini La, Pak Aji NYURUH KAMU NYIUM SAYA"
Lela : "Hah?? Maksud abang Udin apaan sih? Masa baba gitu?"
Udin : "Bener La. Masa iya saya boong, nih saya tanyain ya"
Udin : (teriak ke arah Mushalla) : "Pak Ajiii,, GA DIKASIH NIIIIH"
Pak Haji : (teriak juga) : "KASIH LELAAAA..."
Lela yang kaget tidak percaya agak bengong sebentar, tapi karena dia anak yang sangat patuh pada orang tua, akhirnya mencium pipi kiri Udin. Udin yang seneng, mulai ngelunjak..
Udin : "La, yang kanan belom"
Lela : "Apa-apaan sih bang Udin !!!"
Udin : (teriak lagi ke Pak Haji) : "Pak Ajiiii,,, DIKASIHNYA CUMAN SEBELAAAAAH"
Pak Haji : (teriak lagi juga ke rumah) : "KASIH DUA-DUANYA NURLELAAAA..."
Akhirnya Lela nyerah, dia pun mencium pipi kanan Udin.. Dengan hati riang karna siasatnya berhasil, setelah berterima kasih ke Lela, Udin pun mengambil sandal kulit Pak Haji yang tadinya disembunyikan di bawah pohon samping Mushalla, kemudian memberikannya kepada Pak Haji yang sudah menunggu di teras Mushalla.
Udin : (sambil menyodorkan sandal kulit), "Ini Pak Aji, sendalnya. Bener kan ama si Lela."
Pak Haji : (sambil mengusap-usap kepala Udin) : "Iya, makasih ya Din."
sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar