Idul Adha berlalu, segenap pikiran dan tenaga telah tercurah untuk perhelatan khusus penyembelihan hewan kurban di tahun 2011 ini. Kegiatan yang diawali dari perekrutan peserta, pencarian hewan kurban, update data calon penerima daging, penyiapan kupon pengambilan daging kurban sampai pada distribusi daging kurban kini hanya meninggalkan sepenggal cerita. Kebahagiaan terpencar pada setiap warga karena hampir sebagian besar warga dapat menikmati daging kurban dari beberapa peserta kurban.
Penggalan cerita kebahagiaan akhirnya sirna juga seketika timbul masalah kecil dalam prosesi pembagian daging kurban yang menggunakan kupon. Rasa keprihatinan dan kekecewaan yang mendalam patut kami sampaikan atas rendahnya budaya antri masyarakat kita ini. Walaupun kami telah menyiapkan kupon dan daging dalam jumlah yang cukup banyak namun ternyata banyak diantara warga saling sikut dan saling dorong untuk mendapatkan urutan terdepan dalam antrian. Sebuah kebiasaan yang pantas kami sesalkan, karena dorongan dan desakan warga calon penerima daging akhirnya beberapa kali kami harus memperbaiki pagar pembatas antara area panitia dengan warga luar yang mendapat kupon.
Sungguh suatu hal yang memalukan walaupun tidak sempat terjadi keributan yang besar untuk mendapatkan daging kurban, namun setidaknya kejadian dorong-dorongan sesama warga menjadi sebuah catatan bahwa ternyata rasa sikap saling memahami dan menghargai diantara warga sudah sangat berkurang. Budaya antri seharusnya menjadi acuan bagi warga, mendahulukan mereka yang datang lebih awal adalah bentuk penghargaan dan rasa hormat kepada mereka yang lebih memiliki hak untuk didahulukan. Namun apa yang terjadi saat ini adalah sebuah hal yang pantas untuk kita sesalkan.
Budaya antri masyarakat kita yang sangat rendah ini pula dapat mencerminkan karakter masyarakat kita yang sesungguhnya, yaitu masyarakat yang kini mulai kehilangan nilai-nilai sosialnya. Tren atau kecenderungan masyarakat kita sekarang kini mulai tersentuh dengan nilai-nilai yang bukan berakar dari bumi pertiwi yaitu sikap individualistik dan materialistik yang selalu mengagungkan akan sikap egois, menang sendiri dan materi.
Sebuah tayangan di stasiun televisi memberikan gambaran yang lebih parah lagi, hasil dari perolehan daging kurban justru mereka tukarkan dengan uang kepada para penadah daging kurban. Semangat berkurban untuk saling berbagi ternyata banyak disikapi berbeda, penyembelihan hewan kurban ternyata menghasilkan peluang bisnis yang diluar kewajaran. Ini hanya secuil catatan saya, sebuah cerita tentang rendahnya budaya antri dan hilangnya nilai-nilai sosial dari masyarakat kita. Maka tak heran jika kita sering menjumpai tulisan-tulisan yang berupa slogan tentang budaya antri kita yang di-komparasikan dengan antrian beberapa ekor itik yang berbaris rapi.
Sebuah tayangan di stasiun televisi memberikan gambaran yang lebih parah lagi, hasil dari perolehan daging kurban justru mereka tukarkan dengan uang kepada para penadah daging kurban. Semangat berkurban untuk saling berbagi ternyata banyak disikapi berbeda, penyembelihan hewan kurban ternyata menghasilkan peluang bisnis yang diluar kewajaran. Ini hanya secuil catatan saya, sebuah cerita tentang rendahnya budaya antri dan hilangnya nilai-nilai sosial dari masyarakat kita. Maka tak heran jika kita sering menjumpai tulisan-tulisan yang berupa slogan tentang budaya antri kita yang di-komparasikan dengan antrian beberapa ekor itik yang berbaris rapi.
10 komentar:
udah jadi rahasia umum kalau yang begini mah... suka miris emang
Kamu Blogger...? Yuk Ikutan Event Untuk Blogger Berhadiah Blakberry Playbook Berakhir 23 Desember 2011
@konde : alangkah indahnya jika budaya antre bisa dijalankan dengan baik
PR buat kita semua.:D
ini karena kemiskinan yang mendera masyarakat indonesia mas,makanya nilai2 antri & moral kadang tergadaikan
@stupid monkey : ayo kita mulai dari diri kita sendiri..trim
@Mas Andy : Betul mas andy, tapi bukan faktor kemiskinan murni lho mas, yang ngantri juga banyak yang bawa motor.
walaupun jenuh,ini harus di taati biar semuanya berjalan lancar.
sip gan.keep blogwalking
@aryo : ya semestinya begitu, tapi maklumlah sejauh ini budaya itu masih belum diaplikasikan dengan baik. Trimakasih..salam
kalo kurban harusnya dianter saja dari rumah ke rumah. Jadi penerima ga usah bersusah2 antri!
@Popi : untuk lingkungan sendiri, kita antar langsung, tetapi khusus kupon dibagikan utk mereka-mereka yang berasal dari wilayah lain. terima kasih, salam
Posting Komentar