Minggu, 05 Juni 2011

Geopark Terlengkap yang Masih Minim Fasilitas

  • Oleh Komper Wardopo
SEORANG lelaki mengenakan topi lapangan, diantar sepeda motor, tiba di halaman UPT Balai Informasi dan Konservasi Kebumian (BIKK) LIPI Karangsambung.

Dia segera berjalan kaki menuju ruang aula dan asrama yang lokasinya di bagian atas kompleks perkantoran tersebut.
Sewaktu berpapasan dengan peneliti madya Ir Chusni Anshori MT, lelaki itu langsung menyapa, ”Saya baru dari lapangan. Ini mau ke asrama dulu,” kata lelaki yang bernama Joko Susilo, mahasiswa S3 Geologi ITB dan sedang melakukan riset lapangan di Karangsambung.

Sementara itu, meski sudah mendekati pukul 16.00, para staf dan karyawan BIKK Karangsambung belum pulang. Ternyata di jalan Kebumen - Karangsambung, mendekati pusat kota kecamatan, ada rombongan dengan tiga bus wisata mengantar 180 mahasiswa Program Kesehatan Lingkungan Unnes Semarang sedang menuju cagar geologi tersebut.

Begitulah aktivitas di kawasan kampus alam geologi Karangsambung yang dikelola langsung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut.
Ya, kampus alam ini memang sering dikunjungi oleh para mahasiswa ataupun pelajar, baik yang bertujuan untuk penelitian maupun hanya sekadar berwisata.

Menurut Chusni, jumlah pengunjung dari mahasiswa, peneliti, dan pelajar, setiap tahun rata-rata bisa mencapai 10.000 orang. Mereka ada yang menginap, tinggal di asrama atau sekadar datang mendengarkan penjelasan pemandu dari BIKK Karangsambung, lalu pulang.

Bila mau menginap, pihak BIKK Karangsambung pun sudah menyiapkan paket kunjungan lapangan, disertai penjelasan dari para peneliti atau staf BIKK. ”Tergantung permohonan mereka, mau sekadar datang ke sini atau ingin ke lapangan, kami siap melayani dan memberi penjelasan,” ilmbuh peneliti geologi lulusan S2 UGM itu.
Dia menilai, dari jumlah kunjungan pelajar dan mahasiswa yang terus meningakat, merupakan potensi tersendiri untuk pengembangan geowisata atau wisata alam kebumian.

Namun sayang, selama ini fasilitas pendukung masih sangat minim. Misalnya, akses jalan yang belum memadai. Meski jalan Mertokondo - Karangsambung kini sudah mulus, namun dari kantor BIKK ke daerah Sadang, jalan masih rusak parah.

Fasilitas penunjang lain juga belum ada, seperti warung makan dan penjual suvenir/kerajinan. Tentu saja hal itu memerlukan adanya kerja sama yang baik antara masyarakat setempat dengan Pemkab Kebumen, dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.

Di mata Ketua UPT BIKK Karangsambung Yugo Kumoro, sebenarnya kawasan tersebut menyimpan potensi sebagai geopark yang terlengkap. Sebab potensi singkapan batuannya sangat signifikan dan lengkap. Lebih lengkap dari Geopark di Langkawi, Malaysia. Namun, di Langkawi, bisa memiliki nilai jual sebagai tujuan wisata internasional karena didukung fasilitas yang wah.

Kunjungan Wisatawan

Yugo berobsesi, ke depan BIKK Karangsambung terus berbenah dan pihaknya siap menjalin kerja sama dengan Pemkab. Idealnya, kawasan Karangsambung yang menjadi pusat rujukan ilmu kebumian itu bisa berkembang pesat dan menjadi kunjungan wisatawan, pelajar dan masyarakat umum. Dengan begitu, bisa memberi rembesan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Misalnya dengan menyediakan cendera mata, hasil kerajinan, buah-buahan lokal, dan makanan khas.
Namun Yugo tetap menegaskan, pihak BIKK Karangsambung akan terus berkonsentrasi pada tugas pokok fungsi di bidang pengembangan pengetahuan geologi dan konservasi. Pihaknya akan terus berusaha membebaskan sejumlah titik lokasi batuan yang telah direkomendasi harus dilindungi. Dan, tugas menyebarkan ilmu pengetahuan kebumian pun terus dilakukan agar pemahaman evolusi bumi bisa dimengerti masyarakat luas.

Sebenarnya, saat ini, embrio menjadi kawasan wisata geologi ataupun geopark itu sudah dirintis Pemkab. Hal ini dilakukan dengan membangun gapura masuk di Dusun Tanuraksan, Desa Gemeksekti, sebagai pintu masuk ke kawasan Karangsambung. Juga ada papan nama di pusat kota. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga sudah menjalin kerja sama dengan biro perjalanan dalam merintis paket wisata.

Hasilnya memang mulai tampak. Belakangan ini, kunjungan pelajar dari berbagai kota di Jateng terus bertambah. Bahkan ada juga rombongan pelajar dari SMA/SMK Jakarta, Bandung, dan Malang.
Wisatawan umum juga banyak yang datang ke Karangsambung. Dari kota Kebumen ke utara jalannya telah beraspal hotmix dan  kurang lebih 30 menit perjalanan mobil. Di sepanjang jalan menuju daerah itu ada panorama nan elok, dari bukit, lembah, serta aliran Sungai Luk Ulo, sungai terbesar di Kebumen. Sepanjang jalan, dijumpai aktivitas penambang pasir dan pemecah batu.

Semakin ke utara, udara kain sejuk. Suasana makin sepi. Namun bukit-bukit Karangsambung dan sekitarnya semakin kelihatan. Bahkan aneka batuan di balik bukit pun bisa dilihat semakin indah. Apalagi bagi yang berhobi hiking atau jalan kaki, kawasan Karangsambung merupakan tempat yang sangat tepat.
Pakar geologi kenamaan dari Amerika Prof Hamilton menyebut kawasan Karangsambung sebagai Yellowstone National Park-nya Indonesia.    

Nah bagi Anda yang pendidik, mahasiswa, pelajar, para orang tua atau siapa pun yang ingin tahu lebih dalam terjadinya evolusi bumi dan melihat fakta alam dari jenis bebatuan, tidak ada salahnya datang ke cagar geologi Karangsambung. Pendeknya, belajar ilmu kebumian, proses gunung meletus, gempa bumi dan sebagainya, tanpa datang ke kawasan Karangsambung, agaknya masih kurang lengkap.
 
source : suaramerdeka.com

Tidak ada komentar:

Panorama Pantai Menganti

Dalam sebuah kesempatan saya menemani dua orang tamu dari Malang, dalam rangka melakukan pendampingan sebuah program di sekolah. Usai kegiat...