Sabtu, 26 Februari 2011

Lima Paket Soal UN Dibagi Acak

Lima Paket Soal UN Dibagi Acak

  • Tekan Kecurangan
Lima paket soal ujian nasional (UN) yang baru diterapkan tahun ini akan dibagi secara acak dalam satu ruang secara proporsional.

 Karena itu, siswa dimungkinkan mendapat jenis paket soal yang berbeda dalam tiap mata pelajaran yang diujikan.
Mekanisme ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya ada dua paket soal dan dibagikan secara terstruktur (selang-seling) berdasarkan nomor ganjil atau genap, sehingga tiap siswa selalu mendapat jenis soal yang sama tiap mata pelajaran.

”BSNP memang sengaja membagi secara acak demi menekan kecurangan pihak sekolah maupun siswa. Dengan cara begini, siswa yang saat mata ujian Matematika mendapat paket soal A, bisa jadi keesokan harinya saat mata ujian Bahasa Inggris, mendapat paket soal C. Kami optimistis ini bisa mempersulit upaya main mata antara sekolah dan siswa,” kata anggota Badan Standar Nasional Pendidikan Prof Dr Mungin Eddy Wibowo MKons,  kemarin.

Mekanisme itu juga diyakini mengurangi kebocoran soal. ”Misalkan ada pihak yang mendapat bocoran soal sebelum pelaksanaan ujian, belum tentu soal itu didapat siswa saat mengikuti ujian di kelas, karena paket soalnya bisa jadi berbeda dan memang belum bisa dipastikan sebelumnya,” tandasnya.
Biaya Tak Naik Mungin mengatakan, model paket soal UN yang lebih banyak bukan berarti menaikkan biaya pengadaan. ”Tidak ada kenaikan biaya sama sekali dari tahun sebelumnya, karena yang dihitung di percetakan adalah jumlah lembaran yang dicetak, bukan jumlah jenis soal. Karena itu, anggapan  penambahan jenis paket soal UN memboroskan anggaran negara adalah tidak benar,” lanjutnya.

BSNP nantinya akan mengevaluasi pelaksanaan UN dengan model baru tahun ini. ”Jika memang penambahan jenis paket soal berdampak signifikan terutama menepis kecurangan, mekanisme ini akan terus kami lakukan. Bahkan, bisa jadi pada tahun-tahun mendatang paket soal menjadi 20 jenis, artinya masing-masing siswa dalam satu ruang mendapat jenis soal berbeda,” tutur dia.

Di sisi lain, Kabid Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Dinas Pendidikan Kota Semarang Sujono mengatakan, para pengawas UN perlu bekerja hati-hati, yakni dengan meyakinkan siswa dari apa yang dihadapi saat mengerjakan soal UN. ”Sebab, jika siswa tidak yakin dengan soal yang mereka kerjakan akan berimplikasi dengan skoring nanti,” katanya.

Kepala sekolah juga perlu diberi pemahaman untuk kemudian dilanjutkan atau dibekalkan kepada guru yang akan mengawasi di sekolah lain. Dia menjelaskan, pengawas perlu memperhatikan dan membantu peserta ujian secara teknis, misalnya sebelum melaksanakan tes perlu dijelaskan kepada mereka apa yang ditulis di lembar jawaban.

Lebih banyaknya jenis soal dimungkinkan akan menambah pekerjaan skoring, sebab harus mengoreksi lembar jawab yang lebih banyak.
Hingga kini Dinas Pendidikan terus melakukan sosialisasi terkait hal-hal yang baru pada pelaksanaan UN tahun ini, supaya pihak sekolah atau siswa nantinya tidak kaget dan benar-benar memahami sistem yang baru.

Sumber : Suaramerdeka.com

Tidak ada komentar:

Panorama Pantai Menganti

Dalam sebuah kesempatan saya menemani dua orang tamu dari Malang, dalam rangka melakukan pendampingan sebuah program di sekolah. Usai kegiat...