Rabu, 26 Januari 2011

Cahaya akal, Iman dan Kasih Sayang, dan Kesederhanaan Versus Kegelapan Kesombongan, Ketamakan dan Iri Hati

Sesudah terusir dari surga, Yang Mulia Adam selama bertahun-tahun menangisi kesalahan tunggal yang pernah diperbuatnya, sampai akhirnya dia mendapatkan ampunan. Allah memperlihatkan kepadanya tiga cahaya, dan menyuruhnya menanyakan siapakah tiga cahaya ini. Yang Mulia Adam bertanya pada cahaya pertama, "Siapakah gerangan engkau yang terhormat ini? Bolehkah aku tahu namamu, bila engkau berkenan?" Cahaya pertama menjawab, "Aku adalah Akal". 
Apa jabatan dan peranmu ? Mengapa engkau begitu dimuliakan ?". Aku menjadi kepala manusia. Aku bertugas membedakan baik dan buruk. Segala jenis kecakapan dikaruniakan pada orang-orang yang mempunyai aku di tengkorak mereka. Kata-kata mengalir dari lidah-lidah mereka laksana air kehidupan. Aku menjadi alat dan jalan untuk menggapai surga, keindahan Allah al-Haqq."
Yang Mulia Adam berdoa supaya Allah selalu memuliakan Cahaya Akal, kemudian dia berpaling pada cahaya kedua dan bertanya, "Di manakah tempatmu, wahai Cahaya yang mulia ? Apa peranmu, maukah kau menyebutkan namamu?"
Cahaya kedua menjawab, "Namaku Kesopanan. Aku tinggal di alam mata manusia. Mata tempatku berada tak melihat apa pun selain Allah. Bahkan para malaikat terasa segan di hadapan orang-orang yang sopan. Mata tempatku tinggal adalah mata pembeda." Sebagaimana kata Yang Mulia Utsman Dzu al-Nuryan (Dua Cahaya): Mata yang tiada melirikke kanan dan ke kiri bagai soerang musuh dalam kepalanya sendiri.
Adam menambahkan semoga Allah memuliakanmu pula. Alangkah  beruntung anak cucu kami yang memilikimu!". Lantas dia menoleh cahaya yang ke tiga dan berkata, "Alangkah indahnya dirimu laksana intan permata. Siapakah namamu, apa peranmu, dan di mana tempatmu.
Cahaya ketiga menjawab, "Namaku Kasih Sayang. Tempatku dihati manusia. Aku bersemayam dalam hati orang-orang yang beriman. Hati tempat tinggalku adalah cahaya yang sebenar-benarnya. Karenanya pemilik hati tempatku bersemayan beroleh kebahagiaan di dunia ini dan kebebasan di akhirat.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Allah Yang Mahabesar menunjukkan kepada Adam tiga cahaya dan menyuruhnya untuk mengambil salah satu cahaya tersebut. Adam memilih Cahaya Akal, bukanya Cahaya Iman atau Cahaya Kesopanan. akan tetapi Cahaya Iman keberatan, "Akal dan aku bersahabat, kami tak mungkin terpisahkan." Lalu, Cahaya Kesopanan menimpali," Dan aku pun mustahil untuk dipisahkan dari Cahaya Iman, Adam a.s. diperintah untuk menoleh ke kiri, maka dia melihat tiga kegelapan yang mengerikan. Mereka adalah keburukan yang tak terlukiskan dan menyeramkan. Yang Mulia Adam diminta menanyakan nama, tempat, dan peran ketiga kegelapan itu. Pada kegelapan pertama, Adam berujar, "Alangkah menyeramkan dirimu. Siapakah namamu, dimanakah tempatmu, apa peranmu?" kegelapan ini menjawab, Namaku Kesombongan. Peranku membuat manusia mendapat murka Allah. Tempatku di kepala manusia. Jika kau berada pada kepala seseorang, dia akan terpelanting jauh dari Sang Mahabenar."
Adam berkata lagi, "Jangan bohong, wahai Kesombongan!Di dalam kepala manusia terdapat intan, cahaya, yakni Akal." Memang demikian,"ucap Kegelapan itu."tetapi ketika Akal pergi, aku mengambil alih tempatnya di kepala dan mengatur tubuh manusia."
Adam kemudian bertanya kepada kegelapan kedua. "Siapakah namamu, dimanakah tempatmu, apa peranmu?" Kegelapan ini menjawab, "Namaku Ketamakan. Tempatku di mata manusia. Manusia yang matanya merupakan tempat tinggalku tak lagi menjadi manusia, tetapi menyerupai binatang. Dia telah meninggalkan agama, iman, ilmu dan kearifan, kehormatan, kebajikan dan hati nuraninya."
Nabi Adam a.s. berkata, " Hush! Jangan bohong kamu! Dalam mata manusia terdapat Kesopanan." "Memang betul demikian,"kata kegelapan kedua,"tetapi tatkala Kesopanan [ergi, aku masuk, dan bersamaam dengan kedatanganku timbullah kekacauan,"
Selanjutnya, Adam bertanya kepada Kegelapan ketiga,"Betapa menyeramkan kamu. Siapakah namamu, di manakah tempatmu, apa peranmu?" Kegelapan ini menjawab," Namaku Iri. Tempatku di dalam hati. Adapun peranku, bila aku berada di dalam hati, takkan ada lagi agama, iman atau kebenaran yang tersisa di dalamnya. Aku membakar rumahku ini dengan api. Orang-orang yang membawaku dalam hati mereka menjadi lebih rendah daripada binatang, lebih buruk ketimbang iblis. Mereka dirundung kehinaan."
Nabi Adam berkata," Hush, jangan bohong kamu. Kasih Sayang bersemayam dalam hati manusia." Betul, Adam," ucap kegelapan ketiga.," aku tidak hidup bersama Kasih Sayang, tetapi sewaktu Kasih Sayang pergi, aku mengambil alih tempatnya." 
.................................................................... 

Semoga bermanfaat. Amiin ya robbal 'alamiin.
 
Sumber : Pencerah Matahati: Kitab Penuntun Penyempurnaan Iman, Syekh Muzaffer Ozak





Tidak ada komentar:

Panorama Pantai Menganti

Dalam sebuah kesempatan saya menemani dua orang tamu dari Malang, dalam rangka melakukan pendampingan sebuah program di sekolah. Usai kegiat...