Jumat, 19 Agustus 2011

Memaknai Tradisi Mudik

Ilustrasi Mudik
Tanpa terasa saat ini kita sudah melewati puasa ramadan hingga hari yang ke-19, dan kita semua berharap dapat melampauinya hingga hari terakhir di bulan ramadan sampai saat datang hari kemenangan 1 Syawal 1432 H. Postingan kali ini saya khususkan bagi anda semua yang akan mempersiapkan diri dalam rangkaian ekspedisi bertajuk " Mudik alias Pulang Kampung " bersilaturahmi dengan keluarga. Tidak lama lagi lho ?

Saya pikir telah banyak orang yang memahami kata mudik yang konon  berasal dari kata "udik "yang berarti kampung atau desa. Jika diartikan istilah mudik berarti pulang kampung atau pulang ke desa asal. Teman-teman semua yang berbahagia, bukan tips atau trik mudik yang akan saya sampaikan kali ini, namun lebih mengarah kepada bagaimana cara kita untuk memaknai tentang istilah mudik. Mohon maaf ini versi saya, dan saya rasa orang lain dapat memaknai dengan cara yang berbeda-beda.

Mudik adalah tradisi, tradisi untuk saling bersilaturahmi sesama anggota keluarga, mendekatkan anggota keluarga yang terpencar jauh sehingga persaudaraan tetap terjaga dengan baik. Segala aktivitas kita tanggalkan sementara waktu, segala cara dan daya upaya kita keluarkan untuk dapat berjabat tangan erat dengan orang orang terdekat. Aspek finansial tak terhiraukan berapa yang dikeluarkan, tenaga dan waktu tak akan tergantikan. Itulah mahalnya nilai sebuah tradisi mudik.

Mudik adalah keindahan. Mudik telah menciptakan "kasta-kasta". Keindahan yang luar biasa tercipta di jalan raya. Ratusan bahkan dapat mencapai ribuan angkutan darat dari kasta mobil pribadi, bus umum, angkutan umum hingga bajaj dan sepeda motor menyatu berbaur dijalan. Sesuatu yang berbeda terasa indah dipandangnya. Perbedaan itu tiada artinya, cara dan kasta boleh berbeda namun kebahagiaan  bertemu dengan segenap anggota keluarga dengan mudik menjadi sesuatu yang sangat berharga.
 
Mudik adalah sebuah kerinduan. Kerinduan akan masa-masa kecil di kampung, kerinduan akan teman seperjuangan di kampung, kerinduan akan jenis makanan di kampung, dan segunung kerinduan lain yang tak  akan terukur nikmat dan nilainya. Mudik telah menjadi sarana bertemunya kembali keluarga yang terpisahkan oleh rutinitas aktivitas, jarak dan waktu tertentu. Mudik membawa kita kepada keluarga tercinta dan bertemunya seluruh anggota keluarga dan insyaallah akan menjadi pemanis di hari yang fitri.

Mudik adalah kasih sayang. Kasih sayang tercipta lewat sarana mudik, kasih sayang muncul saat kita "sembah sungkem" dan bakti kita terhadap orang tua, saling bersalam-salaman dengan orang-orang terdekat kita, dengan orang yang kita hormati dan para tetangga kita semua. Kebersamaan, saling menghormati dan menghargai akan memberikan nilai plus tentang arti sebuah kata mudik yang sangat familiar ditelinga kita.


Mudik adalah berputarnya roda perekonomian. Geliat pasar-pasar tradisional akan nampak, hiruk pikuk pedagang kecil serta lalu lalang orang dari berbagai lapisan masyarakat akan tumpah ruah untuk mempersiapkan diri menyambut lebaran, hari yang suci. Hal ini tentunya akan membawa angin segar bagi para pedagang di pasar-pasar tradisional dengan hadirnya para pemudik.


Selamat mempersiapkan mudik. Salam ..

Tidak ada komentar:

Panorama Pantai Menganti

Dalam sebuah kesempatan saya menemani dua orang tamu dari Malang, dalam rangka melakukan pendampingan sebuah program di sekolah. Usai kegiat...